Turki dikabarkan
memblokir akses ke sejumlah jejaring sosial populer, seperti Facebook, Twitter, YouTube, dan aplikasi messaging
WhatsApp. Pemblokiran dilakukan menyusul penangkapan 11 politisi pro-etnik
Kurdi.
Pemblokiran tersebut kemungkinan dilakukan dari sisi penyedia layanan internet
(ISP). Efeknya, sebagian besar pengguna internet Turki, yang totalnya bisa
lebih dari 47 juta orang, tidak bisa mengakses jejaring sosial tersebut.
Sebagaimana dilansir KompasTekno dari ArsTechnica, Sabtu
(4/11/2016), kabar ini diketahui dari kelompok Turkey Blocks, yang memang
memantu berbagai tindakan pemblokiran di Turki.
Berdasarkan pantauan, setidaknya pada Kamis (3/11/2016) waktu setempat, hampir
semua penyedia layanan internet, seperti TTNet dan Turkcell, yang terdampak
pemblokiran ini. Namun, sejumlah kecil pengguna UyduNet dan penyedia layanan
skala kecil masih bisa online.
Selain pemblokiran, pemerintah juga mencekik akses internet pada aplikasi
Instagram dan Skype. Efeknya membuat kedua platform ini sulit diakses, meskipun
tidak terdeteksi down.
Turkey Blocks mengatakan, pemblokiran macam ini setara dengan tindakan sensor.
Tujuannya adalah untuk menekan peredaran berita terkait dengan insiden politik
yang baru saja terjadi.
Di Turki saat ini
mulai ramai berita yang mengaitkan pemblokiran tersebut dengan penangkapan
Selahattin Demirtas dan Figen Yuksekdag. Mereka adalah pemimpin Partai Demokrasi
Rakyat (HDP) yang mendukung etnik Kurdi. Selain itu, masih ada sekitar 10
anggota parlemen dari HDP yang ditangkap.
Pemblokiran akses internet di Turki sudah berulang kali terjadi. Pemutusan
akses tersebut ada yang hanya memengaruhi sejumlah wilayah di bagian tenggara
Turki, ada juga yang terjadi di sebagian besar negara tersebut.
Pemblokiran yang cukup merata terjadi pada saat aksi unjuk rasa memprotes
penangkapan wali kota Diyarbakir, Gultan Kisanak, dan wakilnya, Firat Anli.
Keduanya ditangkap dengan tuduhan terorisme.
Tidak ada komentar: